Deforestasi dan Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Deforestasi atau yang kerap kali
dikenal dengan penghilangan atau penggundulan hutan merupakan suatu perilaku
menyimpang yang berpengaruh negatif pada kesejahteraan masyarakat dan
keberlangsungan hidup manusia. Sayangnya, deforestasi tanpa disadari atau tidak
di Indonesia saat ini kian terus meningkat.
Berdasarkan data statistik
Kementerian Kehutanan tahun 2011, laju deforestasi di Indonesia pada periode
2000-2010 melejit hingga 1,2 juta hektar hutan alam setiap tahun.
Sedang, 2013 – 2016 menjadi 240 ribu hektar. Walaupun angka ini telah
menunjukkan penurunan, bahaya deforestasi masih mengancam dari pola
produksi dan konsumsi yang tidak bertanggung jawab.
Perilaku tersebut demikian juga
dapat mengancam kelestariaan keanekaragaman hayati yang ada. Keanekaragaman
hayati yang kerap dikenal sebagai kebanggaan Indonesia. Aneka ragam tumbuhan
yang dimiliki Indonesia sudah tak dapat dipungkiri lagi. Dengan flora dari
Malesiana 25 persen dari spesies tumbuhan berbunga dan 40 persen tumbuhan
endemik atau asli Indonesia.
Kanekaragaman tumbuhan di Indonesia
terbilang cukup lah besar, dengan 38.000 jenis tumbuhan, 3.000 jenis lumut,
4.000 jenis paku, dan 20.000 jenis tumbuhan biji (8 persen dari dunia) yang
telah diselidiki hanya saja 10 persen yang telah dimanfaatkan masyarakat
sebagai bahan pangan, tanaman hias, obat-obatan, bahan bangunan, bahan
industri, dan sebagainya. Hal ini disebabkan bukan karena tak dapat
dimanfaatkan, tapi karena banyak sekali jenis tumbuhan yang belum diteliti dan
diyakini berpotensi sebagai sumber obat, gizi, atau plasma nutfah oleh generasi
muda.
Tumbuhan langka berdasarkan hasil
uji ilmiah diketahui dan dinyatakan terdapat beberapa tumbuhan yang berpotensi
sebagai sumber obat, yakni:
1. Centella Asiatica atau pegagan, untuk
mempercepat penyembuhan luka, eksim, melancarkan ASI, sari rapat untuk wanita,
dan untuk menambah konsentrasi dan daya ingat.
2. Eclipta Prostata (L) atau Urang –
aring, untuk menumbuhkan rambut bayi, pewarna dan pencegah uban.
3. Euchreta Horsfieldii atau Ki Jiwo,
untuk obat sakit pinggang dan aprodisiak.
4. Ficus Deltoidea Jack atau Tabat Barito,
untuk peningkat gairah seksual.
5. Graptophyillum Pictum Griff atau
Handeuleum, untuk obat wasir dan mengeluarkan batu empedu.
Sejalan dengan ini, Generasi muda
yang merupakan agent perubahan hendaknya memiliki daya untuk menciptakan
terobosan baru dengan menemukan temuan dari berbagai keanekaragaman tumbuhan,
hingga tumbuhan terbukti dapat dimanfaatkan. Misalnya, sebagai sumber obat
ataupun gizi.
Selain keanekaragaman hayati
terancam, lingkungan sekitar hutan pun juga ikut terkena dampak negatif dari
deforestasi, seperti halnya banjir, tanah longsor, penggurunan, dan kekeringan.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia memiliki tanggung jawab dalam menjaga
hutan yang ada hingga mampu terjaga kelesetariannya dan dampak – dampak negati
tak dapat terjadi.
Indonesia memiliki kekayaan hutan
yang cukup besar. Dengan 10 persen hutan
tropis dunia yang masih tersisa. Ironisnya, luas hutan alam asli Indonesia kini
menyusut. Indonesia kehilangan hutan aslinya lebih dari 75 persen. Bahkan,
penebangan hutan di Indonesia tak lagi terkendali selama sepuluh tahun.
Deforestasi tersebut terjadi
lantaran disebabkan oleh banyak faktor, seperti penyelewengan kuasa pemerintah,
ketidaktahuan nilai hakiki menjaga dan melestarikan hutan, kurangnya nilai arif
dan bijaksana dalam menjaga kelestarian hutan, dan kelengahan pada pengelolaan
hutan dan hukum lingkungan yang kurang memadai.
Tumbuhan yang paling tinggi terletak
di hutan hujan primer dataran rendah di Kalimantan dengan sekitar 10.000
tumbuhan biji, 34% diantaranya adalah tumbuhan endemik. Serta hutan di Sumatra
dan Irian jaya kaya akan jenis tumbuhan.
Tumbuhan endemik adalah jenis–jenis
yang sebarannya terbatas, hanya dapat ditemukan secara alami di daerah tertentu
saja. Salah satu jenis tumbuhan endemik di Indonesia yang terkenal adalah
berbagai bunga rafflesia, misalnya rafflesia arnoldi (endemik di Sumatra
Barat), R. Borneensis (kalimantan), R Ciliata (Kaltim), R. Horsfilldi (Jawa),
R. Patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. Rochussenii (Jawa Barat), dan R.
Contleyi (Sumatra bagian Timur).
Sayangnya, meski keanekaragaman
tumbuhan yang ada di Indonesia begitu beragam dan besar. Indonesia masih
melakukan impor sumber daya hayati, misalnya kentang, singkong, wortel, kopi,
karet, dan kelapa sawit.
Di sisi lain, perlu diketahui juga
bahwa Indonesia memiliki banyak tumbuhan langka dan punah. Dengan 393 jenis
tumbuhan terancam punah berdasarkan data yang diungkapkan International Union
For Conservation of Nature (IUCN).
Tumbuhan itu dapat punah demikian karena
disebabkan oleh banyak faktor, yaitu adanya alih fungsi lahan, eksploitasi
lahan, pencemaran ekosistem baik darat dan perairan, pengaruh tanaman luar yang
bersifat invasif, dan penebangan tanaman yang dilindungi, serta perburuan hewan
langka, seperti bedali, putat, kepuh, klowak, bendo, mundu, sawo kevik, winong,
bayur, gaharu, dan cendana.
Hutan hujan tropis yang diperkirakan
mengandung 50 persen – 90 persen keanekaragaman hayati dunia. Maka, memiliki
upaya pembabatan hutan tropis yang menyebabkan pada hilangnya 15 persen spesies
hidup. Dimana hutan dan keanekaragaman hayati merupakan satu – kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Selain itu, Indonesia kaya akan
keanekaragaman hewan, banyak diantaranya hewan endemik. Hewan endemik misalnya
harimau jawa, jalak bali putih di Bali, badak bercula satu di Ujung Kulon (Jawa
Barat), bikturong, monyet, tarsius di Sulawesi Utara, kukang dan maleo di
Sulawesi, dan komodo ddi pulau Komodo. Sedangkan, hewan langka, seperti babi
rusa,harimau Jawa, macan Kumbang, harimau tutul, orang utan, badak Sumatra,
tapir, gajah, bekanton, komodo, benteng, elang, trolek Jawa, cendrawasih,
kanguru pohon, maleo, kakatua raja, rangkung, kasuari, buaya muara, buaya irian,
penyu hijau, dan ular sanca.
Potensi keanekaragaman hayati akan
terjaga dan terlestari, bila masyarakat bergerak bersama dalam menjaga dan
melestarikan hutan dan keanekaragaman hayati yang ada hingga nantinya dapat membawa
kesejahteran pada masyarakat dan membantu dalam keberlangsungan hidup manusia,
sebab keanekaragaman hayati memiliki potensi besar dan bermanfaat dalam
berbagai macam aspek,
- Ekonomi
●
Sumber pendapatan masyarakat dan devisa negara dengan berbagai
macam potensi, baik dari tumbuhan ataupun hewan.
- Biologis
●
Penunjang keberlangsungan hidup semua makhluk hidup, sebab manusia
membutuhkan tumbuhan untuk tetap dapat bernafas, hewan membutuhkan biji
tumbuhan, dan demikian keseluruhan saling membutuhkan.
- Ekologis
●
Menjaga keseimbangan alam
●
Menjaga kestabilan iklim global
●
Membantu mengurangi tingkat pencemaran udara
- Sosial
●
Bagian sistem dan budaya setempat
●
Tempat rekreasi, olahraga, hiburan, dan pendidikan
Pelestariaan sumber daya alam
menjadi hal terpenting untuk tetap menjaga kebermanfaatan yang dimiliki. Namun,
pemanfaatan yang dapat mengancam kelestarian mestinya dapat dipertimbangkan
kembali secara arif dan bijaksana sebelum bertindak. Misalnya, pemanfaatan kayu
hutan secara berlebihan.
Di sisi lain perlunya melihat pada peningkatan
jumlah penduduk Indonesia dan kemajuan ilmu tekhnologi, yang juga mendorong
tindakan eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA), yang perlu dipahami dalam hal ini
penduduk demikian harus dapat mengerti dan memahami bahwa hutan dan
keanekaragaman hayati yang ada memiliki banyak manfaat.
Oleh karena itu, seluruh masyarakat mestinya menanamkan
sikap arif dan bijaksana dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati dengan selalu
mempertimbangkan aspek manfaat dan aspek kelestariaan pada setiap eksplorasi
sumber daya alam. Pemerintahan juga harus bersikap tegas dengan membuat
kebijakan terhadap perbuatan deforestasi yang kian terus meningkat. Hukum
mengenai deforestasi dan keberlindungan keanekaragaman hayati juga terus dijunjung tinggi dan ditegakkan
demi kesejahteraan masyarakat dan keberlangsungan kehidupan manusia. Integristas
masyarakat, pemerintah, aparat keamanan, serta badan pemangku hukum bergerak
bersama dalam satu tujuan, yakni menjaga dan memelihara hutan dan
keanekaragaman hayati di Indonesia.
Comments
Post a Comment